Posts

Showing posts from 2016

Surat-Surat yang Kularung -- Sebuah Balasan

Halo, Far. Sebenarnya, untuk kali ini aku ingin menulis sesuatu untuk 2016. Tetapi, kenapa ditujukan kepada 'Tahun 2016', pikirku. Sedangkan tahun merupakan pembatas artifisial yang diciptakan manusia untuk mengkuantifikasi waktu. Entah ingin menyebutnya tahun atau apa, tetapi selama beberapa periode waktu ke belakang, lebih tepatnya surat ini bukan ditujukan kepada tahun 2016, tetapi kepadaku. Aku merasa banyak perubahan. Entah dalam skala kecil atau besar, tetapi keacakan yang terjadi pada tahun ini cukup terasa. Tahun ini, aku juga banyak belajar, dan aku baru merasa beberapa hal yang sebenarnya sangat penting -- dan aku tahu bahwa itu krusial -- tetapi tetap saja 'Farhan' ini melaju saja tanpa lihat kanan-kiri. Tanpa lihat ke dalam pikiran dan rasionalitasnya. Tanpa.. ah. Beberapa yang sangat kuingat pada tahun ini adalah bagaimana aku belajar melihat banyak perspektif yang jauh lebih luas lagi, pada saat aku bersama dua orang teman merumuskan; "Apa yang

Hakikat Pendidikan yang Sebenarnya: Sebuah Opini

Image
Pendidikan adalah sebuah kata yang tidak pernah jauh melekat dengan hakikat manusia. Bila ditarik jauh sebelum manusia mengenal apa yang disebut literasi, cara mendidik manusia adalah hal penting untuk menjaga kelangsungan hidup serta survivabilitas. Sebagai contoh, manusia purbakala tidak akan bisa memastikan generasi selanjutnya untuk beradaptas i apabila tidak dididik untuk menghindari tanaman atau hewan yang beracun – atau bagaimana cara membangun tempat berlindung yang tahan lama dan jauh dari teritori binatang buas. Setelah manusia pun jauh berkembang dari spesies mana di muka bumi ini, metode dan cara mendidik yang tepat tetap menjadi sebuah polemik yang tak kunjung menemukan titik penyelesaian. Terlebih lagi, pada abad di mana ilmu dan informasi sudah tersedia di mana saja dan menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan dan kesuksesan, pertanyaan tentang kenapa pendidikan dibutuhkan sebagai investasi masa depan masih menjadi perdebatan yang berkepanjangan. Di luar segal

Mengapa Harus Menulis?

Image
Pada semester 3, saya mengambil suatu mata kuliah dari Sekolah Bisnis dan Manajemen, mengenai ODLO -- atau bisa disebut juga Organization Development and Learning Organization. Beberapa intisari yang saya dapatkan dari kuliah tersebut dapat dirangkum dalam kalimat sederhana ini: "You are good if you can manage your own knowledge well," Jika dalam konteks matkul tersebut, sebuah organisasi bisa dikatakan baik apabila organisasi tersebut menjadi organisasi pembelajar. Bagaimana cara menjadi organisasi pembelajar tersebut? Tentu, salah satu caranya adalah dengan mengelola knowledge  atau pengetahuan dengan baik. Sebuah organisasi yang baik akan terus belajar dari kesalahannya. Tapi tidak hanya dengan itu, organisasi tersebut juga melakukan self-development dengan cara berkaca kepada organisasi lain, melakukan penelitian, dan menemukan knowledge baru sepanjang perjalanannya. Tetapi, jalan untuk mencapai hal tersebut memang tak mudah. Langkah-langkah sederhana yang sehar

Membaca Kalender

hujan memerangkap asap planet-planet kelabu muncul di ufuk. mempertanyakan simfoni apa yang menyanyi malam ini? di sebuah gelas, bulan tenggelam. cahaya memburam. petang datang dengan biola bersenandung --  kita yang sering lupa bukan mereka! kemarin, aku tergesa-gesa menulis ceritera di atas sebuah kain putih. semuanya hilang karena keraguan satu langkah pertama, aku pemberani. setelahnya aku mundur. piano membuka katup-katup menutup jendela berbisik pelan dan berkata "untuk apa?" sehingga, kawan-kawanku di sore hari esok masih bermain layang-layang awan mengalung tali mimpi yang kau sematkan di jemari waktu suara-suara berdesir pelan, dan malam datang menutup tahun yang penuh kerinduan aku ingin pulang aku ingin pulang dan lupa. 2016

Surat-Surat yang Kularung -- Akhir Tahun

Halo Far, Apa kabarmu di akhir tahun ini? Aku harap kau baik-baik saja. Sejak surat pertama yang kukirimkan untukmu, apa yang berubah dari dirimu? Aku tidak pernah mengharapkan apa-apa. Tetapi, seharusnya kaulah yang mempunyai suatu harapan untuk terus belajar dan memperbaiki diri. Salah satu teori tentang kesadaran, atau consciousness , yang dikemukakan oleh Julian Jaymes menyatakan bahwa terdapat bikameralisme dalam pikiran manusia. Yakni, bahwa pikiran kita terbagi menjadi dua 'kamar'. Kamar pertama adalah kamar yang berbicara; atau memberi perintah, sedangkan kamar yang kedua adalah kamar yang menuruti perintah dan melakukannya. The bicameral mind . Teori ini menjadi salah satu penjelas bagaimana kesadaran bisa muncul pada manusia. Mungkin, untuk sementara waktu, aku akan menjadi bagian yang 'berbicara'. Entah akan disebut seperti apa, apakah hati nurani, naluri, atau gut instinct . Tetapi, semua hal tersebut menjadi dasar mengapa aku berbicara, selalu membe

Surat-Surat yang Kularung - Realita

Far,  Kurang bijaksana, apabila kita menganggap permasalahan kita adalah yang paling pelik. Kurang bijaksana, apabila kita menganggap hanya diri kita yang berupa episentrum realita. Karena, masih banyak permasalahan di luar sana yang tidak tersentuh oleh indera kita, tetapi merupakan detak yang berdegup sama kencangnya. Realita yang sama nyatanya. Aleppo, Gaza, Rohingya, dan segalanya. 2016

Puncak Musim Panas

Image
terjemahan lepas puisi Stacie Cassarino Aku ingin tahu bagaimana kecantikan berasal, bila selain dari dirimu. Aku membawa kantung yang penuh bunga sambil membawa jantung ini melewati enampuluh akre padang rumput di timur laut. Ketika itu, aku sadar, dirimulah yang aku rindu dalam cahaya terang benderang ini, seperti nama-nama perdu dan liana itu. Karena kamu adalah hijau dari Juni, akar dari pusaran bintang yang berputar di angkasa, dan bagai rasa haus yang timbul karena tak sengaja meminum air laut. Ketika akhirnya aku mengerti manusia gagal dalam mencinta, apa lagi yang tersisa? Apakah bunga cinquefoil, atau sayap dari capung kertas yang melayang-layang dalam jiwa biru? Yang aku mengerti, hasrat itu kontinu, melingkupi. Masih banyak hal yang ingin kuketahui: apa yang kau yakin tidak bisa diambil dari kita, apa yang kau impikan pada jalan setapak waktu kecilmu itu -- Ceritakan cerita kita, apakah kita terburu-buru? Apakah kita baik dengan satu sama lain? Apak

Matahari yang Redup

Image
Pola-pola yang rumit adalah makanan pokok dari seorang ilmuwan -- kalau bisa digeneralisasi. Memang, dunia dan segala isinya adalah abstraksi. Cuma kulitnya saja. Ada sebuah rahasia tersembunyi, entah sebentuk informasi, yang dapat digunakan untuk meramalkan 'masa depan'. Saya pernah dapat suatu definisi dari 'intelegensi' tetapi dari sudut pandang yang lain. Kalau tidak salah, dari Enrico Fermi -- seorang fisikawan Italia yang berkutat di bidang nuklir. Namanya juga diabadikan dalam suatu paradoks terkenal tentang kehidupan luar angkasa dan anomalinya, yang disebut Paradoks Fermi.  Dalam paradoks tersebut -- walaupun sebenarnya bukan tentang intelegensi --  sejenak Fermi menjelaskan dalam taraf apa suatu kehidupan dapat didefinisikan memiliki 'intelegensi' yang tinggi. Secara sederhana, pertanyaannya begini: "Sebagus apa mereka dapat meramalkan masa depan?". Oke, jelas, jawabannya sama sekali tidak memiliki kaitan dengan tukang ramal atau 'ora

Jingga

Aku menutup jendela perlahan, ketika lima puluh purnama muncul di pekaranganku, malam itu. Mereka mengunjungiku saat gigil pergi, membawa percik air untuk kuminum setegak demi setegak. Karena senja pergi membawa potongan puzzle yang terhampar di dipan, hujan malam ini hanya berupa fragmen rapuh. Rapuh seperti kabut yang bergeming, menjawab tanya lewat bisik-bisik magis -- hilang saat embun mulai menetes. Dan air-air yang bergerak mendatangiku, malam ini, adalah konstruksi khayal untuk sebuah keinginan yang tak sempat aku utarakan, padamu. Pada bintang-bintang yang bersujud dalam konstelasi warna kehilangan. Suara bisu yang bersenandung perlahan. 2016

Tari

Tari menari sambil terpejam Tari menari sambil berjinjit. Pada hentakan kelima, tangannya mengayun ke bawah, sampai pinggang. Kepalanya menoleh ke samping, menghadap satu titik khayal. Lampu sorot merinci garis-garis wajahnya. Angin diam di tempat ketika Tari membuka mata. Jiwa diam saat selendang Tari jatuh ke panggung. Tari dan Jiwa saling menatap ruang kosong di antaranya. Pelan-pelan, ruang itu bertepuk tangan. 2016

Penguin Adelie dan Kincir Angin

Image
Kegelisahan. Penguin Adelie mempunyai tingkah laku yang menarik ketika suatu populasinya tengah menghadapi suatu perairan yang belum pernah dijelajahi. Salah satu penguin tersebut akan melompat terlebih dahulu ke dalam air, dan anggota populasi lainnya akan menunggu -- apakah terdapat bahaya yang mengancam dari area baru tersebut. Apabila penguin yang terjun tersebut memunculkan kepalanya ke permukaan, maka itu adalah pertanda bahwa perairan tersebut aman untuk dijelajahi. Penguin Adelie lain akan ikut terjun, dan melanjutkan pencarian makanan. Dinamika populasi manusia tak jauh berbeda dengan sekumpulan spesies penguin tersebut, sebuah puncak evolusi yang pada awalnya terdampar pada sebuah tempat yang asing. Terjadi trial and error yang tak berhingga jumlahnya, sampai akhirnya spesies ini mengenal cara komunikasi yang efisien, yakni berupa bahasa dan tulisan. Altruisme adalah fenomena di mana individu dari suatu populasi mengorbankan dirinya (dalam bentuk apapun) demi sur

Tiga Buah Batu dan Sebuah Ketapel

Diri kita adalah episentrum dari realita, tetapi bagaimana dengan orang lain? Beberapa hal penting terjadi akhir-akhir ini. Dan, aku rasa memang perubahan adalah sesuatu yang konstan, lumrah untuk dialami terutama untuk waktu seperti ini. Dimulai dari getaran itu, kekalutan akan banyak hal, dan rencana-rencana yang tertinggal. Semuanya seakan terus berdenyut, meminta suara, meminta perhatian yang terus terlepas. Bagaimanapun juga, semua orang percaya bahwa permasalahan yang ditanggungnya adalah permasalahan yang paling pelik. Sama halnya ketika orang-orang beranggapan bahwa epos hidupnya adalah yang paling heroik, paling memiliki makna -- tetapi itu adalah sebuah kewajaran. Manusia dilahirkan dengan sejentik sifat narsistik. Karena hanya pengalaman kita-lah yang memiliki arti. Dunia adalah panggung dari pentas yang kita mainkan. Diri kita adalah episentrum dari realita. Tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, sifat itu berkurang dengan sendirinya. Bukan, lebih tepatnya, k

Hal-Hal yang Tak Pernah Selesai

Yang bermasalah dari stereotipe/prasangka bukanlah dari ketidakbenarannya -- melainkan bahwa mereka tidak lengkap.  Tidak lengkap informasinya. Tidak lengkap sudut pandangnya. Boleh saja kita mempunyai suatu pendapat tentang satu hal, tetapi adalah sebuah kesalahan apabila pendapat tersebut tidak memiliki dasar yang kuat dan hanya mengandalkan 'perasaan' saja. Bahwa sesungguhnya hal ini yang dapat menyimpangsiurkan kebenaran dan memupuk fitnah. Dan yang lebih memprihatinkan lagi adalah mereka yang mengkoar-koarkan hal tersebut, mengkontaminasi pikiran orang lain dengan pembicaraan yang tidak jelas kebenarannya. Sesederhana membicarakan keburukan orang lain dan membuat orang lain mulai berpikiran sama dengan mereka. Sesederhana mengepost suatu hal pada media tentang sesuatu hal yang mereka tidak punya ilmu tentangnya. Memicu ide-ide dan opini negatif, ekstrimitas dari kutub-kutub yang ada, bukan menjunjung tinggi kebenaran yang sesungguhnya. Dari sini, sesungguhnya kita ditu

Itulah Sebabnya PadaMu Aku Kembali

Image
Oleh Hasan Aspahani Seperti jemari hujan memainkan bunyi di dedaunanMu, mendentingkan kesunyian yang terlalu kental kukenali. Aku pernah punya keberanian yang ternyata menakutkan. TanpaMu, aku pengecut, sesat sudah pada langkah pertama. Aku ingin menuliskan kalimat apa saja,  dengan kata seru "Oh.." pada awalnya.  Dan "Ah.." pada akhirnya. Aku bayangkan itu ada dalam lirih lirik,  yang dilagukan penyanyi - yang seperti aku - tak pernah pandai menari. Adapun lagu itu - setelah takzim Kau simak - berarti: meninggalkan Engkau, itu artinya aku meninggalkan diriku sendiri. Itulah sebabnya hanya padaMu aku kembali. 2016 (dengan sebagian perubahan)

Surat-Surat yang Kularung #4 - Do'a

Mungkin ini adalah suatu cara Allah mengingatkan saya, bahwa niat itu harus dirajut dengan hati-hati. Juga untuk mengarahkan jalan, agar aku kembali pada jalan orang-orang bertakwa -- jalan orang-orang yang Engkau ridhai. Agar aku menjadi tawadhu. Dan agar aku menjadi hamba yang merasa cukup. Engkaulah yang Maha Kasih, tegarkanlah hati ini yang mudah berpaling. 2016

Surat-Surat yang Kularung #3 - Rahasia

Halo, Far. Wa asirruu qawlakum awijharuu biihi. Al Mulk (67): 13 Tertanda _______

Ruang Untuk Pulang

Aku merancang-bangun sebuah rumah, selesai dalam satu malam. Aku pulang dalam keadaan lemah, tertatih-tatih melangkah. Karena pijak ini rubuh dalam satu suara. Menjawab tanya dari ruang terdiam, jiwa-jiwa niraksara. 2016

Homo Sapiens

Image
SEM:  Homo sapiens Seorang peneliti di sebuah negara tak bernama menemukan spesies bakteri baru yang mempunyai sifat unik. Analisis filogenetik menggunakan multiple sequence alignment menggunakan basis 16S RNA ribosom menyatakan bahwa bakteri tersebut masuk dalam genus Homo , serta memiliki jarak evolusioner dengan kerabat terdekat selama lebih dari 5000 tahun. Penemuan mencengangkan ini menggemparkan seluruh dunia, dan akhirnya dipilihlah nama Homo sapiens sebagai pengidentifikasi spesies unik tersebut. Mikroorganisme motil ini mempunyai panjang sekitar 1.5 - 2 mikrometer pada fase eksponensial, serta flagela peritrik dengan konsentrasi di bagian apikal. Satu-satunya bakteri yang berkembang biak dengan cara seksual dan hanya lewat proses konjugasi. Belum bisa ditentukan apakah bakteri ini bersifat Gram-negatif atau Gram positif, karena mempunyai komposisi dinding sel yang berbeda dengan bakteri lainnya. Dinding sel mengandung pigmen melanin dengan kadar yang berbeda pada berbaga

Surat-Surat yang Kularung #2 - Tendensi Kata

Halo, Far. Apakabar dirimu? Di sini musim panas akan segera berakhir. Angin mulai bergerak mengetuk jendela kamarku tiap pagi. Bagaimana dengan ruang dingin yang kau tempati, Far? Aku ingin bertanya tentang beberapa hal yang mungkin malah tak bisa kuucapkan ketika kita bertemu. Agak sulit memang, tapi memang kehendak yang di atas toh, tak bisa dipungkiri lagi. Pertemuan singkat itu memang tidak memberikan dampak apa-apa. Walaupun ratusan kemungkinan bait kata telah kurencanakan, tetapi, mau bagaimana lagi? Aku tetap diam dan mengikuti langkah seperti daun di atas aliran sungai. Bagaimana ceritamu tentang mimpi-mimpi yang dulu kausebutkan, dan ditulis dalam secarik kertas yang kausembunyikan di dalam kotak sepatu? Sudahkah kau rapikan lagi? Memang untuk menulis sebuah mimpi, apalagi pada sebuah kertas, sangatlah mudah. Apalagi membayangkannya pada pikiranmu. Mengisi kanvas kosong dengan abstraksi nalar dan khayal. Tetapi dari sana keluarlah tanggung jawab. Apa yang sudah kau tu

Le Siècle des Lumières

Image
Joseph Wright of Derby,  A Philosopher Giving A Lecture at the Orrery , c. 1765, oil on canvas, 147 x 203 cm (Derby Museum and Art Gallery, Derby, England)

Otokritik

Kedua kutub itu berpecahan di angkasa, mencuri detik-detik yang hilang pada penjuru langit. Semua orang beranggapan bahwa diri mereka adalah yang paling benar, paling baik di antara segalanya. Bahwa kesombongan fana yang terlihat pada makhluk yang bernama manusia, sudah jelas terpatri dalam benang paling halus sekalipun. Pasti ada getar yang timbul. Ada nada sumbang yang muncul. Sudah tidak ayal lagi.

Membiasakan Hal yang Benar, Bukan Membenarkan Hal yang Biasa

Ada seorang insinyur yang sedang memperbaiki sebuah mobil untuk dinaiki. Mungkin agak kesulitan karena dikerjakan dengan seorang diri. Tapi katanya, mobil itu ingin menjadi desain yang paling baru. Jadi masih ada beberapa kelemahan di sana-sini. Ketika rancangan tersebut hampir selesai, sang insinyur menelpon dosennya untuk minta tolong. Karena menurutnya ada hal penting yang hanya bisa dosennya lakukan untuk memperbaiki mobil itu. Pagi itu insinyur dan keluarga baru ingin berjalan keluar ketika sang dosen datang. Sang dosen bilang. “Wah, kok bisa seperti ini?” Sambil marah, sang dosen mempreteli desain baru mobil sang insinyur, dengan keluarganya masih berada di dalam mobil. Insinyur pun bingung. Dia sadar bahwa mobilnya masih banyak kekurangan. Tetapi kenapa malah tidak ada yang diperbaiki? Memang sebelumnya sang insinyur belum berbicara apa-apa tentang rancangan mobil baru tersebut. Tetapi setelah lulus pun, dosen tersebut memang tak pernah menanyai setiap projek yg dirinya

Aku Akan Memanggilmu Mara.

Dirimu adalah personifikasi dari perasaan yang tak bisa kuungkapkan hakikatnya. Sebuah vibrasi dari medan emosi, penjelmaan keheningan yang memaksa hatiku untuk bertekuk lutut -- menerima takdir dengan pasrah dan rela. Mungkin kenyataan di mana kau adalah implikasi dari kehadiran seseorang dalam ruangwaktu-ku, tidak bisa aku tolak sepenuhnya. Sebuah firasat dengan gejala memabukkan, menghentikan degup jantung ini kala matanya menembus jendela jiwa. Aku tidak bisa menuliskan apapun tentang cinta, karena dirinya adalah cinta. Karena tubuh ini terlalu lampau, terlalu fana untuk menyerah terhadap perang yang berkecamuk dibalik topeng ketidakpedulian. Sementara batin ini hanya mampu sekadar menulis kata-kata, tak berbicara. Aku akan memanggilmu Mara, sebuah rasa yang tersembunyi di dalam ribuan lipatan. Apel yang jatuh ke tanah tanpa suara. Anak panah yang terhempas tanpa arah. Denting musik tanpa nada. Lukisan tak berwarna. Entah kapan aku akan memanggilnya. 2016

Tanpa Kata

Image
Persepsi yang ditangkap oleh indera manusia berasal dari berbagai sumber, entah itu berupa rasa, imaji, suara, atau getar. Mungkin salah satu dominasi yang terjadi antara sumber-sumber tersebut dipegang oleh imaji, karena persepsi yang dapat diciptakan dari sumber tersebut tak terhingga jumlahnya.  Imaji yang diterima oleh mata kita sebenarnya adalah sekadar proyeksi cahaya yang dipantulkan oleh benda tersebut. Tidak nyata, dalam beberapa hal khusus. Hal ini mungkin agak berbeda dengan sumber persepsi lain, tetapi inilah yang membuat imaji menjadi hal yang menarik untuk dipelajari. Dari seberkas pantulan cahaya, seorang penulis bisa terinspirasi. Sebuah karya bisa diciptakan dari tangan pelukis. Ilmu bisa kembali diestafet kepada penerus generasi. Tapi, dari cahaya itu juga, sebuah pemberontakan bisa meletus. Keinginan berbuat buruk menyala. Tetapi, cahaya tidak pernah salah. Persepsi yang disalahgunakan. Manusia-lah yang mempunyai kendali untuk menciptakan persepsi. Kua

Memoar

Di jembatan itu, aku memilih ragu. Bukan karena asap berbau-rempah tadi, dan peninggalan batu-batu sederhana di belakang rumah yang aku bilang kemarin. Tetapi sebab sayap-sayap itu telah patah, sayang. Aku akan kembali mungkin tanpa benang yang sedari dulu nenuntunku pulang ke sana. Mencari titik temu di antara dua tabur garam dan sesiung bawang. Memoar yang mengingatkanku tentang masa kecil harum kemangi. Lukisan-lukisan daun jarak, dan bunyi ketuk pelan metronom di seberang dapur. Aku memilih ragu untuk memberimu kisah. Mungkin karena metafora sudah habis letih kupakai, sampai lemah berdarah. Simbolisme fana yang kuucap hanyalah segelintir merpati yang terbang tak tentu arah. Habislah sudah. Ingatkah kau tentang pertemuan yanng batal terjadi di gedung teater? Saat segalanya masih kaku dan kelu. Tentang waktu yang kita umpat. Tentang ruang yang sungguh bebal. Ah. Mungkin memang kita saja yang masih takut. Saat itu nyaliku pergi seperti serdadu yang kehilangan komando. Atau kau juga

Ruang Kelas

buku yang paling baik bukanlah berupa pendongeng, katamu melainkan pengelana yang mengajak percaya hal yang tak kamu percaya. di dalam ruang, buku itu berbicara, pelan. menggores rapuh, menunjuk jiwa, menggurui iman. kelas-kelas gelap tersembunyi yang bercahaya hanya ketika kau mengarahkan lampu ke kebun kata yang ia punya. kursi dibariskan ditepi, dan murid-murid menari gembira tanpa luka kata yang terucap hanyalah "Buku. Buku. Buku yang bercahaya." kelas dibubarkan ketika lamat-lamat mereka pergi dengan sayap, membawa buku dengan tambahan satu halaman kosong di belakang pergilah. kelas ini baru akan dimulai. kata sang penyair hampa 2016

Holiday Reading

Survivor by Chuck Palahniuk Invisible Monsters by Chuck Palahniuk His Dark Materials Trilogy by Philip Pullman Aleph by Paulo Coelho Trigger Warning by Neil Gaiman Wind, Sand, and Stars by Antoine de Saint-Exupery Mantap.

Biologi Sintetik: Eksplorasi Argumen 'Bermain Tuhan' dan Implikasi Lainnya

Image
Biologi sintetik adalah sebuah bidang riset biologi yang sedang menarik minat banyak kalangan dalam satu dekade terakhir ini. Dengan adanya basis data kode genetik dan teknik-teknik rekayasa yang semakin canggih, kita dapat semakin memahami mekanisme internal dari sistem biologi makhluk hidup. Tidak hanya itu, biologi sintetik juga berpotensi untuk menghasilkan diagnosis penyakit yang lebih akurat, juga solusi terhadap permasalahan lingkungan seperti krisis energi global. Biologi sintetik berkutat pada desain rasional, konstruksi, pemodelan, dan pengujian entitas biologis untuk menghasilkan organisme fungsional yang dapat menjalankan suatu tugas yang diberikan. Kemajuan dari bidang ini mencapai suatu titik di mana manusia dapat membuat organisme sintetik -- yang memicu berbagai pertanyaan filosofis dan teologis: Apakah kehidupan itu? Haruskah tindakah untuk membuat tipe kehidupan baru dilakukan? Apakah biologi sintetik dapat diartikan bidang yang 'bermain Tuhan?' Penelit

Transit

Image
dalam ruang kosong bandara ini, pesawat-pesawat pamit pergi. Salah satu pesawat tersebut menghampirimu sambil membawa goresan awan di kaca -- warna pelangi yang muncul ketika matamu tersapu cahaya. seperti bisik-bisik kecil dalam bahana pengumuman sederhana pagi itu, dan troli-troli yang bergerak dalam barisan sunyi menepi. waktu seperti tertinggal oleh langkah kecil kita, menunggu seperti anak kecil yang terpisah dari rombongan. dengarlah puisimu yang baru kau buat, lagu kehilangan di atas 2000 kaki. kau bawa langit turun bersamamu, beserta petak-petak kumulus yang kau rencanakan dalam kepalamu. rekam jejak keheningan yang kudengar dalam earphone sejenak kuhentikan untuk mendengar bisikmu yang merasa bosan menunggu dalam ruang transit ini. di sanalah hatimu akan lepas landas, dari anjungan sepi dari mana bisikmu tinggal? karena untuk kali ini, kita tak akan keluar dari pintu yang sama lagi 2016

Surat-Surat yang Kularung

Image
Halo, Far. Apa kabar? Semoga kau baik-baik saja di sana. Kudengar kau sudah menyelesaikan tahun kedua-mu di ITB. Aku mau bertanya tentang kabarmu, dan tentang mimpi-mimpimu dulu. Apakah sudah bertemu? Lihat, peganglah benar-benar, benang yang akan kau tuju. Di tanganmu, sudah terlalu banyak benang yang semuanya terurai tak tentu arah. Apa lagi dalihmu kali ini? Mungkin, di malam sebelum kau kembali ke rumah, sebaiknya kau coba kembali telaah mana benang yang akan kau gulung, simpan rapi, dan tinggalkan saat ini. Ada beberapa yang sudah kusut lho. Ada yang sudah putus dan tak kau sadari. Ada pula yang raib entah ke mana. Hai, kudengar kau sekarang banyak berbicara tentang kaderisasi. Dan segala idealismemu yang masih seluas Kecamatan Coblong itu kau anggap bisa menjadi teladan bagi generasi penerus organisasi yang kau pegang kali ini. Apa yang kau tahu tentang itu? Mengapa kau genggam beban moral, tanggung jawab yang begitu besar, tentang formalitas nilai-nilai, sifat mul

Di Pekarangan Masjid

kotak-kotak jalan setapak memanggilku ke haribaan Adzan-Mu, seperti suara yang berdesir di tepi pipi pintu-pintu terbuka jauh mengajak matahari menutup jubah hitam kelabu, bisik rendah fajar itu tetapi, daun-daunku yang kering masih tergeletak di pekarangan masjid ini menunggu dirinya tercerabut oleh angin dingin karena batang tubuh ini masih menghamba pada tanah-tanah tanpa tuan, melupa pada langit yang berkilau terang menua sampai saat waktu kisah buku ini senja, mendengar doa untukku dilantun daun-daun jingga. aku masih berada di sana, Tuhan. di depan pintuMu aku mengetuk tanpa bersuara 2016

Eudamonia

Apakah eudamonia untuk saya? Bagaimana cara saya mencapainya? Plato berbisik. Dunia ini hanyalah pantulan remang dalam gua yang gelap. 2016

Mohammad Abdus Salam: The First Muslim Nobel Laureate

Image
Mohammad Abdus Salam, 1987 Jadi, hari Rabu kemarin pada tanggal 25 Mei, saya dan beberapa teman mengikuti suatu kajian dari Hanif Djunaedy (Biologi 2014) tentang fenomena sedikitnya muslim yang meraih penghargaan Nobel. Terhitung sampai hari ini, baru tiga muslim yang pernah maju ke panggung dingin di Stockholm dan menerima penghargaan rekognisi akademis/kultur paling bergengsi yang diusung oleh Alfred Nobel. Mungkin, untuk memberikan segelintir konteks, saya akan menjelaskan salah satu profil dari ketiga muslim tersebut. Mohammad Abdus Salam mendapatkan penghargaan Nobel di bidang Fisika pada tahun 1979 mengenai kontribusinya pada teori  unified weak and electromagnetic interaction di antara partikel-partikel elementer. Pada pidato penerimaannya di Stockholm, Swedia, Abdus Salam membacakan penggalan sebuah ayat suci dari Surat Al-Mulk 3-4: "....(Dia) yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemu

Racau

Semakin ke sini, aku lihat manusia-manusia kian menjauh satu sama lain. Mencari musuh itu nomor satu. Membicarakan keburukan orang lain selalu jadi bumbu. Ingin merasa terlihat paling benar, tanpa cela. Menjauh dari hakikat diri, terus mencoba mengimitasi. Palsu. Dan orang-orang terus mengeluh. Ada yang sembunyi dibalik topeng, padahal Ia ingin dicari. Seharusnya menjadi manusia itu bagaimana? (sebagai introspeksi diri)

Potongan Lagu di Radio Mobil yang Tak Kunjung Selesai

Angin memeluk wajahmu: dan terbaca di sana, "Aku ingin singgah." Di negeri itu, atap-atap rumah berdengung seperti lumut. Dengan bunyi masing-masing berkecipak dan berlabuh dalam kantong waktu yang hening. Jalan menyusuri lidah gunung membukit terjal dengan potongan salju yang segar memutih. Aku terpaksa memandangmu lekat, dekat dengan kelopak matamu yang mungkin letih menyetir. Kulihat warna yang sudah pudar turun di sini, berbisik: "Kita sudah sampai, berhentilah." Sebentar, aku hanya ingin merenung, Apakah perjalanan kemarin yang kuhabiskan di jok depan -- melambaikan tangan ke kaca spion dan menatap layang-layang di atas lanskap putih, sementara dirimu terus menatap ke jalan depan mencari persimpangan bisa kau rangkum dalam odometer itu? dalam detik lampu lalu lintas kami saling menatap lama dalam diam. (s ementara lagu itu terus berputar, berjalan meninggalkan) 2016

Rendezvous

bagai kelam lampu dalam temaram gelap Sidoarjo aku singgah sebentar dalam rumah yang kau bangun malam tadi bertanya, "Apa yang membuatmu di sini?" katamu, "Langit. Langit yang berdiri tanpa kaki." Sesederhana itu, adalah ketika wangi hujan merasuk ke dalam kalbu ini. Membawa memori tentang kincir angin warna-warni, foto usang hitam-putih, dan awan rendah di puncak bukit. Karena kutahu, bahwa kebahagiaan paling indah adalah ketika kakimu berdiri pada tanah tempatmu lahir. Sambil bernapas lega di bawah cerah matahari. Angin bermain mengusik ujung pakaianmu. dan kau sengaja menoleh ke belakang menatapku yang masih mencaci waktu mengapa hanya kali ini? 2016

Yang Terhembus Melewati Kabut

Bagai panah yang membidik asap dan merpati-merpati yang terbang menghindarinya, hening yang kusampaikan tak akan menjadi apapun bila kau terjemahkan. Hanyalah doa yang kusebutkan dalam diam -- saat tidur mengantarku ke sana -- yang menjadi pengharapan imaji untuk kerinduan di saat lelah ini telah bertumpuk-tumpuk. Sehingga kisah itu dapat terurai. Hingga kabut itu membuka. Hingga sabar itu berbuah. Karena aku tak bisa berkata apa-apa, atau melakukan yang kau harap, ketika titik itu berulang kesekian kalinya. Roda telah berjalan, gulungan jelaga telah jatuh, dan kabut itu belum bisa lenyap. Kapal itu telah menepi ke dermaga, tetapi angin mulai membelokannya. 2016

Kincir Kertas

Kincir kertas kuberikan dalam gigil sambil melarung bisikan dalam senja yang hitam. Dan, suara lemah jauh memanggil "Kembali. Kembali." Hingga pasir itu menjawab tanya. Dari warna pelangi waktu kecil, ada pesan yang terlambat sampai. Surat-surat yang tersimpan rapi. Kertas berdebu dengan lubang samping. Urat yang menyimpan sepi, keras tabuh dalam sumbangnya hening. Kincir kertas itu terus berputar, dalam hujan tembaga. Mimpi-mimpi yang terpelanting. Serigala hitam yang siaga. Dalam aku terperangkap tepi tubuh ini kaku dalam selimut angin. 2016