Mohammad Abdus Salam: The First Muslim Nobel Laureate
Mohammad Abdus Salam, 1987 |
Jadi, hari Rabu kemarin pada tanggal 25 Mei, saya dan beberapa teman mengikuti suatu kajian dari Hanif Djunaedy (Biologi 2014) tentang fenomena sedikitnya muslim yang meraih penghargaan Nobel. Terhitung sampai hari ini, baru tiga muslim yang pernah maju ke panggung dingin di Stockholm dan menerima penghargaan rekognisi akademis/kultur paling bergengsi yang diusung oleh Alfred Nobel.
Mungkin, untuk memberikan segelintir konteks, saya akan menjelaskan salah satu profil dari ketiga muslim tersebut.
Mohammad Abdus Salam mendapatkan penghargaan Nobel di bidang Fisika pada tahun 1979 mengenai kontribusinya pada teori unified weak and electromagnetic interaction di antara partikel-partikel elementer. Pada pidato penerimaannya di Stockholm, Swedia, Abdus Salam membacakan penggalan sebuah ayat suci dari Surat Al-Mulk 3-4:
"....(Dia) yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? (67:3)
"....Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan kembali padamu dengan tidak menemukan suatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah...." (67:4)
Setelah itu, Abdus Salam menyatakan bahwa:
"...This, in effect is, the faith of all physicist; the deeper we seek, the more is our wonder excited, the more is the dazzlement of our gaze..."
Hal inilah yang juga mendasari dan menginspirasi saya untuk terus meneliti, membuka rahasia alam, dan takjub atas ciptaan-Nya. Tidak hanya dalam bidang fisika saja, tetapi terutama juga dalam bidang ilmu hayati yang saya jalani sekarang. Semakin kami membuka dan menelaah kode rahasia yang diciptakan oleh Tuhan, disitulah kami menyadari semakin indah lukisan yang dibuat-Nya.
Kalimat selanjutnya yang diucapkan Abdus Salam adalah sebagai berikut:
"...I am saying this, not only to remind those here tonight of this, but also for those in the Third World, who feel they have lost out in the pursuit of scientific knowledge, for lack of opportunity and resource.
Alfred Nobel stipulated that no distinction of race or colour will determine who received of his generosity. On this occasion, let me say this to those, whom God has given His Bounty. Let us strive to provide equal opportunities to all so that they can engage in the creation of Physics and science for the benefit of all mankind. This would exactly be in the spirit of Alfred Nobel and the ideals which permeated his life. Bless You!..."
Inilah inspirasi yang saya gunakan sebagai 'pecut' ketika mungkin saya merasa lelah dengan aspek akademis. Bahwa Abdus Salam, yang juga berasal dari negara berkembang seperti Indonesia, dapat memperoleh penghargaan Nobel. Tidak perlu memberikan excuse atau alasan tentang keterbatasan kesempatan atau sumber daya. Bahwa, keberhasilan ini sebenarnya berasal dari ikhtiar dan tawakkal. Dari semangat yang tak pernah padam. Dan dari doa yang tak pernah lelah diucapkan.Wallahu a'lam bishawab.
Sumber:
Al-Quranul Karim
http://www.nobelprize.org/nobel_prizes/physics/laureates/1979/salam-speech.html
https://en.wikipedia.org/wiki/Abdus_Salam
Comments
Post a Comment