Homo Sapiens

SEM: Homo sapiens
Seorang peneliti di sebuah negara tak bernama menemukan spesies bakteri baru yang mempunyai sifat unik. Analisis filogenetik menggunakan multiple sequence alignment menggunakan basis 16S RNA ribosom menyatakan bahwa bakteri tersebut masuk dalam genus Homo, serta memiliki jarak evolusioner dengan kerabat terdekat selama lebih dari 5000 tahun. Penemuan mencengangkan ini menggemparkan seluruh dunia, dan akhirnya dipilihlah nama Homo sapiens sebagai pengidentifikasi spesies unik tersebut.

Mikroorganisme motil ini mempunyai panjang sekitar 1.5 - 2 mikrometer pada fase eksponensial, serta flagela peritrik dengan konsentrasi di bagian apikal. Satu-satunya bakteri yang berkembang biak dengan cara seksual dan hanya lewat proses konjugasi. Belum bisa ditentukan apakah bakteri ini bersifat Gram-negatif atau Gram positif, karena mempunyai komposisi dinding sel yang berbeda dengan bakteri lainnya. Dinding sel mengandung pigmen melanin dengan kadar yang berbeda pada berbagai strain. Diketahui, produksi pigmen ini dipengaruhi oleh suhu rata-rata habitat yang ditinggali, dengan overekspresi pada habitat dengan suhu di atas 37 derajat Celsius dan inhibisi pada habitat suhu di bawah 16 derajat Celsius. Walaupun begitu, bakteri ini digolongkan sebagai bakteri mesofil, netrofil (pH sekitar 7.2) dan aerobik obligat.

Terdapat mekanisme unik pertahanan diri dari bakteri ini terhadap suhu yang ekstrem. Pada panas ekstrem, Homo sapiens akan membentuk suatu struktur ekstraseluler yang bersifat endotermis. Struktur tersebut diketahui mengandung elemen berupa logam berat. Mekanisme rinci struktur ekstraseluler ini belum diketahui dengan pasti, tetapi apabila struktur ekstraseluler ini terbentuk, bakteri akan membentuk agregat di sekelilingnya dan cenderung tidak motil selama beberapa saat.

Untuk pertahanan terhadap suhu dingin ekstrem, bakteri ini akan membentuk suatu pelindung berupa polisakarida kompleks di sekeliling sel. Masing-masing strain mempunyai karakter pelindung ini, tetapi secara umum, strain yang hidup pada kondisi di bawah 16 derajat Celsius paling sering terlihat memproduksi pelindung ini.

Sumber nutrisi dari bakteri ini seperti bakteri pada umumnya, berupa karbon, asam amino, vitamin, beberapa mineral dan trace elements. Tetapi, diduga Homo sapiens mempunyai preferensi khusus pada sukrosa dan amilum. Medium untuk kultivasi Homo sapiens tidak sembarangan -- harus berupa enriched medium -- karena sifatnya yang fastidious. Walaupun sifatnya yang fastidious, generation time dari bakteri ini terhitung sangat lama, yakni rata-rata sekitar 25 tahun. Pembuatan kurva tumbuh dari Homo sapiens sempat memenangi hadiah Nobel karena butuh perjuangan yang melelahkan dan kesabaran yang tidak berbatas.

Dari sifat-sifat intrinsik Homo sapiens ini, salah satu yang harus digarisbawahi adalah sifat patogen yang sangat kentara pada organisme lain. Homo sapiens menggunakan type-II secretion system untuk menginfiltrasi organisme lain, memasukkan protein pemicu transduksi sinyal yang bersifat autolitik pada sel yang diinvasi. Setelah sel lisis, Homo sapiens akan mengambil semua nutrisi dan materi organik organisme lain tanpa kecuali. Dari segala keunikan tersebut, satu lagi yang perlu ditekankan adalah sifat degradasi bakteri ini pada spesies tumbuhan. Hal ini sudah terjadi secara ekstensif sehingga diperlukan perhatian khusus apabila Anda ingin mengultur bakteri ini dekat spesies Plantae.

Tetapi, sekarang sedang dikembangkan strain bakteri Homo sapiens yang bermanfaat bagi lingkungan. Hal ini dapat dilakukan sejak fase lag dengan cara transformasi gen-gen yang tidak akan mengekspresikan protein degradatif. Rekayasa genetika bakteri ini terbilang cukup mudah, kecuali apabila dilakukan pada fase eksponensial atau stasioner. Diperlukan metode heat-shock atau elektroporasi apabila ingin mentransformasi bakteri yang umurnya sudah tua.

Karena spesies ini mempunyai keunikan yang berbeda dengan spesies lain, serta strain yang tak terhitung jumlahnya, NCBI masih kewalahan dalam mengelola database sekuens spesies ini. Tetapi, usaha masih dilakukan untuk mengkultivasi Homo sapiens yang tidak bersifat patogen (terutama pada spesies sendiri) serta nondegradatif pada lingkungan. Diperlukan usaha bersama agar Homo sapiens dengan dua sifat di atas tidak sampai keluar laboratorium, karena dapat mempengaruhi frekuensi alel bakteri ini pada tingkat populasi.

Sekian.


2016

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bunga-bunga rumput yang mekar pada tanah tandus

Hakikat Pendidikan yang Sebenarnya: Sebuah Opini

Surat-Surat yang Kularung