Aku Akan Memanggilmu Mara.

Dirimu adalah personifikasi dari perasaan yang tak bisa kuungkapkan hakikatnya. Sebuah vibrasi dari medan emosi, penjelmaan keheningan yang memaksa hatiku untuk bertekuk lutut -- menerima takdir dengan pasrah dan rela. Mungkin kenyataan di mana kau adalah implikasi dari kehadiran seseorang dalam ruangwaktu-ku, tidak bisa aku tolak sepenuhnya. Sebuah firasat dengan gejala memabukkan, menghentikan degup jantung ini kala matanya menembus jendela jiwa.

Aku tidak bisa menuliskan apapun tentang cinta, karena dirinya adalah cinta. Karena tubuh ini terlalu lampau, terlalu fana untuk menyerah terhadap perang yang berkecamuk dibalik topeng ketidakpedulian. Sementara batin ini hanya mampu sekadar menulis kata-kata, tak berbicara.

Aku akan memanggilmu Mara, sebuah rasa yang tersembunyi di dalam ribuan lipatan. Apel yang jatuh ke tanah tanpa suara. Anak panah yang terhempas tanpa arah. Denting musik tanpa nada. Lukisan tak berwarna.

Entah kapan aku akan memanggilnya.


2016

Comments

Popular posts from this blog

Bunga-bunga rumput yang mekar pada tanah tandus

Hakikat Pendidikan yang Sebenarnya: Sebuah Opini

Surat-Surat yang Kularung