Hakikat Pendidikan yang Sebenarnya: Sebuah Opini
Pendidikan adalah sebuah kata yang tidak pernah jauh melekat dengan hakikat manusia. Bila ditarik jauh sebelum manusia mengenal apa yang disebut literasi, cara mendidik manusia adalah hal penting untuk menjaga kelangsungan hidup serta survivabilitas. Sebagai contoh, manusia purbakala tidak akan bisa memastikan generasi selanjutnya untuk beradaptasi apabila tidak dididik untuk menghindari tanaman atau hewan yang beracun – atau bagaimana cara membangun tempat berlindung yang tahan lama dan jauh dari teritori binatang buas. Setelah manusia pun jauh berkembang dari spesies mana di muka bumi ini, metode dan cara mendidik yang tepat tetap menjadi sebuah polemik yang tak kunjung menemukan titik penyelesaian. Terlebih lagi, pada abad di mana ilmu dan informasi sudah tersedia di mana saja dan menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan dan kesuksesan, pertanyaan tentang kenapa pendidikan dibutuhkan sebagai investasi masa depan masih menjadi perdebatan yang berkepanjangan.
Di luar segala kejumawaan manusia yang mengaku bahwa ‘mereka’ (walaupun penulis juga seorang manusia) adalah spesies yang paling berhasil dalam memuncaki piramida predasi, tak bisa dipungkiri bahwa manusia memiliki rekam jejak yang bagus dalam hal perkembangan. Hal ini berasai dari estafet ilmu yang selalu dikemas dalam bahasa yang terstruktur dan terjaga dalam berbagai media penyimpanan, berbeda dengan spesies lainnya. Dengan menuntut ilmu, manusia dapat memiliki suatu perkembangan yang teratur dan ‘hampir’ merata di seluruh belahan bumi. Pendidikan tersebut bisa bermacam-macam, entah dari segi metode, kurikulum, penyampaian, atau jenisnya – manusia bisa berkembang dan mencapai tahapan-tahapan. Lewat pencapaian tersebut, manusia bisa memiliki target dan tujuan yang ingin mereka capai dalam hidup. Entah itu sesuatu yang abstrak ataupun konkret, manusia yang terdidik memiliki suatu capaian tertinggi yang ingin mereka raih di masa depan. Tentu, secara tersirat hal ini menyatakan bahwa pendidikan sangatlah esensial di waktu yang akan datang.
Intelektual, secara gamblang dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk memprediksi sesuatu yang akan terjadi di masa depan dengan akurat. Ini bukan berarti bahwa peramal supernatural adalah variasi spesies yang paling intelek di antara manusia lainnya. Prediksi ini menunjukkan bagaimana saat manusia membuat perlakuan pada suatu objek, maka manusia akan tahu (atau mungkin tahu) apa yang akan terjadi kemudian. Sebagai contoh, para insinyur sipil tahu apabila dia menggunakan kayu biasa untuk membangun jembatan, maka jembatan tersebut akan runtuh dengan mudah. Atau, manusia biasa akan tahu apabila mereka dekat-dekat dengan cairan tubuh pengidap AIDS, misalnya, mereka akan terjangkit virus HIV di masa depan. Hal tersebutlah yang bisa menjadi kemungkinan apa yang membedakan kita dengan spesies lain. Dengan pendidikan, manusia bisa menyongsong masa depan dengan lebih percaya diri. Manusia yang terdidik akan tahu tantangan-tantangan apa yang menunggunya di masa depan, kemudian mengubahnya menjadi suatu peluang. Terlebih lagi, hal ini bisa membuat manusia untuk menjadi lebih peka terhadap perkembangan dan permasalahan dunia saat ini. Dengan pengetahuan tersebut, manusia bisa memilih apa keahliannya dan menjadi suatu kelebihan pada lapangan kerja nanti.
Pengembangan diri yang disebutkan pada paragraf sebelumnya pun tak lepas dari pendidikan moral. Pendidikan kognitif yang tidak disertai dengan pendidikan moral yang mendukung, bisa membuat sang terdidik menggunakannya untuk hal-hal yang bersimpangan dengan norma. Selain itu, pendidikan juga seharusnya merangsang rasa keingintahuan. Dengan begitu, semangat dan motivasi yang dididik akan tetap terjaga. Hal lain yang harus ditanamkan adalah integritas, yaitu suatu konsep – lebih tepatnya kejujuran – yang apabila diaplikasikan dalam kehidupan akan memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
Poin terakhir, dengan memiliki pendidikan – atau lebih tepatnya ilmu – manusia bisa memberikan manfaat kepada sesamanya. Hal ini bisa dimanifestasikan dalam pengaplikasian ilmu di bidang masing-masing. Sebagai contoh, insinyur industri bisa menjadi pengendali hulu produk yang bonafit bagi masyarakat luas. Insinyur tambang menjadi pemasok energi yang mengerakkan perekonomian manusia. Dokter menjadi garda terdepan survivabilitas manusia. Saintis menjadi pusat perkembangan ilmu yang siap diturunkan ke generasi selanjutnya lewat Guru atau Dosen. Ekonom menjadi ahli yang mengatur dan memanajeri alokasi kesejahteraan manusia. Terlebih lagi, pekerjaan-pekerjaan spesifik ini dapat menulis dan menyimpan ilmu yang mereka dapat dalam berbagai media. Hal tersebut bisa berupa buah pemikiran sederhana pada post di Facebook, sebuah Tugas Akhir kuliah yang dibukukan menjadi skripsi, atau langsung diajarkan kepada murid-murid atau mahasiswa yang berniat mempelajari ilmu tersebut. Dengan begitu, semakin kokohlah pendidikan sebagai dasar dari persiapan yang harus manusia miliki untuk menghadapi masa depan.
Sebagai kesimpulan, entah itu untuk perkembangan manusia, persiapan untuk menghadapi tantangan masa depan, atau sebagai sarana untuk memberikan manfaat kepada sesama manusia, pendidikan adalah hal dasar yang harus dimiliki oleh manusia. Walaupun di dunia ini, atau bahkan di negeri ini masih bercokol masalah abadi tentang ‘pemerataan pendidikan’ atau ‘pendidikan yang benar’, penulis mempunyai pendapat bahwa hal tersebut akan berubah seiring perkembangan zaman dan memerlukan adaptasi yang luar biasa bagi generasi sekarang. Tetapi, hal-hal mendasar (seperti moral) yang sudah lekat dengan hakikat manusia harus tetap diajarkan dan ditanamkan kepada generasi selanjutnya. Sebagai contoh; rasa keingintahuan, integritas, dan semangat untuk memberikan manfaat. Tiga hal tersebut dapat mendukung pendidikan secara menyeluruh, serta menjadi penyokong terhadap pendidikan kognitif yang ditanamkan selanjutnya.
Akhir kata, semua orang memang terdidik, tetapi tidak semua orang terdidik dengan baik. Walaupun begitu, kita tetap manusia, yang harus memiliki kepeduilian terhadap sesama.
2015,
dibuat untuk tugas Penerimaan Anggota Baru Himamikro 'ARCHAEA'
Comments
Post a Comment