Di Pekarangan Masjid

kotak-kotak jalan setapak memanggilku
ke haribaan Adzan-Mu, seperti suara
yang berdesir di tepi pipi

pintu-pintu terbuka jauh mengajak
matahari menutup jubah hitam kelabu,
bisik rendah fajar itu

tetapi, daun-daunku yang kering masih
tergeletak di pekarangan masjid ini
menunggu dirinya tercerabut
oleh angin dingin

karena batang tubuh ini masih menghamba
pada tanah-tanah tanpa tuan, melupa pada
langit yang berkilau terang menua

sampai saat waktu kisah buku ini senja,
mendengar doa untukku
dilantun daun-daun jingga.

aku masih berada di sana, Tuhan.
di depan pintuMu aku mengetuk tanpa bersuara


2016



Comments

Popular posts from this blog

Bunga-bunga rumput yang mekar pada tanah tandus

Hakikat Pendidikan yang Sebenarnya: Sebuah Opini

Surat-Surat yang Kularung