Layang-Layang


Dia membasuh kaki kecilnya di telaga
yang diapit dua batu sebentuk buah naga
Letih, setelah sesorean mengejar lembar
plastik putih kusam, terbang dengan
rumbai warna muram yang sekarang
entah sudah dimana dibelahan lembah jurang

Di bawah rindang pohon beringin angin tenang
menerpa kulit hitamnya, selagi menenggak susu
putih yang dibekalkan Mamak, cerpelai tua
dengan pola menyeramkan menerkam genggam
tangannya dan menumpahkan botol susu yang
dipegangnya hingga menggenang senang.

"Ah, sudahlah saja saya pulang. Layang tak didapat,
susu dingin pun sudah melayang." Batin hatinya meremang.
Dan petang menjelma jubah panjang yang menutup
langit lembah, seperti cairan hitam menuruni tebing
padahal hanyalah bayangan.

Dengan dada yang gundah, Dia membawa berat hatinya
pulang ke rumah. Dalam perjalanan di atas pematang,
bulan sudah bertengger tinggi bersama bintang.

"Gagal sudah layang-layangku terbang ke bulan,
Rinduku takkan pernah ke sana, ayah tersayang.."


2013

Comments

Popular posts from this blog

Bunga-bunga rumput yang mekar pada tanah tandus

Hakikat Pendidikan yang Sebenarnya: Sebuah Opini

Surat-Surat yang Kularung