Kaidah

gelas berdebu itu mengisi setengah tubuhnya dengan anggur merah, rindu dengan bibirmu yang asam murbei. setengah pengunjung bar itu adalah kombinasi umur yang sia-sia dihabiskan, setengahnya adalah pemilih hati yang hancur. engkau bukan dari kedua-duanya. dari jendela kusam dengan tulisan terkelupas remang bulan menembus gelap maskara hitam yang kaupakai tiap minggu malam, dengan vienna yang sudah dingin duduk di pinggir meja itu

bukanlah salah takdir yang membawa kita ke persimpangan lain, apakah salah dari kehendak dada saat napasnya sudah tersumbat jumawa yang terlampau pekat. saat dia, bukan aku yang duduk disana berhadapan denganmu, menatap sapuan kuas di atas kanvas putih melukis alismu, atau batu topaz biru yang begitu cemerlang membiaskan cahaya pelangi keluar di antara kelopak bening itu

saat itulah tembok-tembok Berlin mengeluarkan air mata, dan Canes Venatici di bulan Februari jatuh sebelum matahari
hingga gelita malam tak pernah se-mencekik lambung ini

2013

Comments

Popular posts from this blog

Bunga-bunga rumput yang mekar pada tanah tandus

Hakikat Pendidikan yang Sebenarnya: Sebuah Opini

Surat-Surat yang Kularung