Aku ingin bertanya kepadamu, apakah kita memang berada di luar bingkai kejadian? Apakah sebegitu jauh hati kita, untuk tertaut pada tanah yang ditumbuhi perdu? Karena kami ingin merasa luka yang dirasai olehmu, Palestina. Karena kami tahu bukan perihal sederhana untuk jatuh dan kembali bangun dan kembali pergi dari rumah yang kau bangun sendiri Oh, bunga-bunga rumput yang mekar di tanah yang tandus Sampaikan lagu kami untuk kubah yang megah di atas tebing! Untuk rubah yang berlari di padang-padang hening Pada suara-suara, air mata yang telah lama kering ____ Aku harap doa bukanlah hal terakhir yang dapat kami beri. 2017
Mungkin salah satu fitur tahun 2016 yang paling menakjubkan adalah bagaimana cara beliau membuat orang berpikir dua kali dalam segala sesuatu, atau tidak sama sekali. Sekarang adalah zaman di mana informasi berseliweran di mana saja, kapan saja, sampai kita semua kewalahan. Tidak salah juga kamus setulen Oxford menyatakan Word of the Year 2016 adalah "post-truth", yakni suatu keadaan di mana fakta objektif mempunyai peran lebih sedikit dalam membentuk opini publik dibandingkan 'kepercayaan' personal. Hal ini sangat memprihatinkan karena keadaan post-truth ini dapat berujung pada fitnah, kebohongan, dan ketidakbenaran. Sehingga, salah satu cara kita untuk melarikan diri dari semua kungkungan abstraksi ini adalah dengan menutup mata, menutup telinga, dan menundukkan kepala -- tidak acuh dengan segala hal yang terjadi. Ignorance is a bliss. Bahwa ketidaktahuan ini adalah sebuah berkah. Kalau kita tidak tahu tentang suatu hal, kita tidak perlu mengkhawatirkannya...
:midori ingatkah waktu pukul dua siang itu rumah di tiga blok sebelah utara terbakar istana asap membubung tinggi jauh kala gitar mengalun kadang kita bertanya kepada musim yang bolak-balik mengantar pesan apakah benar, apakah salah semata-mata karena aku ingin mencari tahu kesahihan bisikan itu lalu palung-palung itu muncul menenggelamkan kapal di seberang teluk mengusik sayap pelikan yang curam menghunus wajah laut beberapa langkah dari waktu itu kurasa ada benarnya, walau aku ragu di bawah hujan tembaga, lagu itu digubah menjadi pisau yang tergantung di daun pintu hingga aku tepekur, terus menulis lagi saat gaduh ombak membentur pesisir-pesisir hening pernahkah kau sadari detik yang berharga itu aku hempaskan ke jurang yang tak berujung? kening yang tertidur dalam bisik-bisik risau kenang suaramu yang mengantar awan pada titik di atas laut teruntuk daun yang jatuh oleh angin kutitipkan embun yang muncul dari relung hening 2018
Comments
Post a Comment