Piano


Denting not bilah hitam rusukmu menggema menggantung.

Tidak. Jangan hentikan. Hujan menggenang. Dalam bayangan. Gelap mahoni itu di samping jendela lebar. Teruskan dan mainkan tubuhmu hingga kejang menggelitar. Sampai jantungmu rusak membengkok irama senar. Atau usap tangismu yang meleleh di samping partitur. Mereka menjelma birama yang teratur. Atau isakmu. Empat per empat. Pelankan sampai pembuluhmu kosong kehausan. Berikan kesedihanmu pada tubuh legam milikmu. Mainkan hatimu hingga habis nadanya. Habis. Habis. Sampai lagu itu selesai selamanya. Sampai dirimu lebur seutuhnya. 

Hingga hujan membantai C-Sharp Minor pada dadamu.

Mendengkingkan jerit yang jauh bagai gemuruh. Melagukan rabu yang merdu. Jarimu terlampau lihai untuk menekan-nekan igaku. Karena rintih yang pedih meluap bagai dadih. Menarilah, kasih. Menarilah di atas dadaku.

Mainkan lagu terbaikmu, gubahan airmataku.

2013

Comments

Popular posts from this blog

Bunga-bunga rumput yang mekar pada tanah tandus

Hakikat Pendidikan yang Sebenarnya: Sebuah Opini

Surat-Surat yang Kularung