Posts

Showing posts from 2014

Dear 2014

You've met my expectations. Thank you.

Pesawat Kertas

dalam bahana ruang itu seperti bisik yang kekal menyapa alunan putih dari tangkaimu bagai warna yang seakan pudar tapi tidak, karena aku akan memanggilmu kembali dari jauh seperti yang biasa kulakukan di sore hari ketika itulah angin-angin hinggap dan awan lepas dari tangkainya 'sampaikan pesanku padanya' seperti pesawat kertas yang mengudara dalam hatinya 2014

Misunderstandings

The way life romanticize everything every open wound every song It is like something that fell of you and you think you should be grateful but no, I am not wishful. there is me laying on an open table I spread my hands, my mind and there it came again like toll of bells and it's going further into me like a waltz of soul like an endless yell it should be keeping me warm but no, I am not wishful. there is me laying on an open table I spread my hands, my mind I am here to accept every cue. every open wound every song about you. 2014

Antara Tugas dan Konsistensi Konten Blog

Nama saya, Farhan. Saya pemilik resmi blog ini -- kurasi pikiran yang dimanifestasi dalam puisi. Mungkin yang ada di sini hanya coretan (atau kanvas yang sekedar di isi), tapi itu kalau Anda ingin lebih mendalami. Saya sedang dalam tahun pertama kuliah, mempelajari hal-hal yang saya yakini akan memberi otak saya nutrisi. Seperti pepatah biasanya, sesuatu yang diasah akan makin tajam. Tapi tidak bagi puisi -- menurut saya pribadi. Puisi akan semakin tajam bila diendapkan. Dirinya akan makin menusuk tiap waktu yang terlewati. Banyak draft yang saya punya di balik blog ini seperti anggur yang belum matang terfermentasi. Saya harap, mereka akan tetap matang tepat waktu dan mengharumi jiwa-jiwa yang tersakiti. Terimakasih. Tugas 3 PTI A

Di Braga, Untuk Segalanya

Lihatlah ke langit Braga, saat malam membuka tudungnya. Kau melihat lampu-lampu itu berjalan dari satu atap ke atap lainnya bak kunang-kunang yang rindu keheningan. Dari matamu yang mencerminkan rindu yang sama, ada tanya yang melekat di sana; apa kau akan tetap menyusuri jalan ini bersamaku? Sampai habis ramai dan diam yang ada? Aku mencoba membaca petak jalan yang kebentuk, dan tak pernah ada tanda yang sama. Puisi yang kau buat tak pernah cukup dalam gelasku, dan aku bukanlah pemabuk yang ingin kau terima. Tapi apakah kata-kata pernah cukup? Atau itu hanya ucapan penyair amatir saja? Nada itu malu-malu masuk menggengam tanganku, mengajak diriku larut dalam peluknya. Membuka tanya yang ada, membingkai rasa di sana. Tapi seperti yang kubilang, kita tetap pada satu jalan. Suatu saat kita harus menoleh ke belakang, dan kadang berdiam sebentar. Tunggu aku di sana, di Braga. Yang akan abadi menunggu kita. Yang akan selamanya ada di sana. 2014

Makna

pernahkah kau cari makna itu yang tersembunyi dibalik genggamku dibalik rambutmu dan ketika gelisah adalah resah karena menunggu yang tak lama pernahkau kau cari makna itu? pada pagi yang sembab sebab hujan pukul lima itu di tengah plaza yang ramai ada penyair yang enggan menulis sajak untuk dirimu 2014

Bulevar Itu di Sore Hari

mengapa kau kesal dan tidak percaya akan semua padahal kau tahu pasti dirimu adalah segalanya bagi semesta katamu kepadaku 2014

Dulu Sekali, Tembok Itu Putih Bersih

Kami sepakat untuk tidak bertemu di penghujung jalan itu -- gerimis Kami sepakat untuk tidak membunuh diri, pada akhirnya. Sayang, diri kami sudah lama ditelan graffiti gothis pada muka tembok putih itu dan kami tidak berusaha menghapus segala warna Kami memandanginya. 2012

Selimut

terbangunlah, aku ingin mendengarmu membikin kopi di selasar kamar yang kita rancang bersama pada pagi yang mendung sekali 2014

Tamu

di sebuah kamar itu di balik dapur kita baru selesai berbincang sambil terpejam menuai butir peluh di bawah matamu dan menjawab senyum yang kau punya hari sudah senja! katamu sambil memeluk selimut aku akan membawa pulang apa-apa terima kasih untuk keikhlasannya 2014

Definisi yang Sementara

pada tapak tangan itu, lukis luka pada mata itu, orkestra duka karena mulut ini selalu habis kata pada tanjung dan selat pada laut dan kubah jantung antara mereka: cinta kadang pembanding tak sama dalam semesta tak tentu ini: ia berkata, lain yang kita kata pada cinta tak sama dengan yang terkata mata kata itu buta mata kata itu luka karena mulut ini selalu habis kata karena mulut ini selalu habis luka 2012

Infinite

Image
Infinite by Rini Angeliantari acrylic on paper The seed will grow into a tree, you said but no bird would ever stay, I said even a quaint light would stepped dead on the very branch of that tree you said Look, at the evening star's red silence is the music they make what if the symphony is bled by our hands knitting its thread? There are no stairs to climb back the ache of slow, delirious joy "What if we took a visit to the tree? Can we climb it and find the glee?" Let us just go to the meadow tiptoeing through the still air We can run and run and grow like a child who laughed and scared the maroon sky is craving the yellow moon, glowing its smoke like an old actress maybe we will wake and find us exhausted we are dreaming of tree and infinite bareness. 2014

Bercerita

Mungkin untuk malam ini, kau bisa pejamkan matamu sebentar saja, sambil mengkhayalkan kalimat-kalimat yang aku bisikkan kepadamu, walau sebatas bercerita, walau hanya satu jengkal mata kita bertemu di langit itu, dan jemari petir yang memahkotai puncak gunung itu menahan kita di angkasa,  hingga gaun gelap jingga menutup kaki langit, sampai tersibak cahaya dibaliknya. Entah sampai kapan bunga ungu itu membuka, menunggu getar kecil angin yang menghampirinya. Walau aku tak tahu rupaku di balik tirai itu, tirai yang tak akan pernah tersingkap. Sampai jengah mata ini mencoba membuka, di mana kata-kata itu hilang dalam kabut tandatanya. Aku harap, doa yang kulantunkan sebelum kau tidur membawamu ke mimpi indah yang nyata. Di saat semua terlelap. Di saat lampu-lampu itu dipadamkan. 2014

Iris

bolehkah hati ini bertanya padamu wahai ilusi apakah gerangan warna ini spektrum yang tak terdefinisi? 2014

Angsa Kertas

Inochi ga kurikaesu naraba nandomo kimi no moto he Hoshii mono nado mou nani mo nai Kimi no hoka ni taisetsu ma  mono nado. *** kita hanya bercanda mendengar lagu yang tak  kita tangkap maknanya kau bersikeras, "oh, itu dari kontrabasnya!" aku membalas, "itu C sharp minornya, sayang." tapi bukan ketuk kaki! entah itu jeda lirih  biduanita di sana atau bisa jadi, kalau mereka punya pisau C yang tajam-tajam (sharp) ha-ha-ha dan kembali kakimu menyentuh ujung sepatuku, meniup anak rambut di sudut pelipismu -- sambil melihat ornamen khas Tiongkok yang sewarna dengan pipimu, (mungkin, atau ilusi cahaya saja) dan kembali terbenam dalam lantunan lagu Jepang ini, yang mungkin sudah aku dengar berkali-kali di radio, di peron Sakuragi-chou tapi mungkin kau tidak akan percaya *** di separuh bagian meja ini, ada yang ingin menunggu tengah malam separuh lagi, ingin menuntun malam menuju pagi a

Tirai-Tirai Tertutup

apa masih sudi kita melihat jemari itu pula? sebilah kulit kuningnya menjawab tanya sang dalang "aku kesini, mencari-- mencari tubuh Nestapa." kami masih diam -- tunduk tak bisa untuk mendongak mengapa lakon ini buta kami pun buta, Nestapa! apa kita tunggu bulan merangkak menuju panggung? tunggu dirinya terbakar di tengah-tengah samudra? seperti yang kau lakukan saat mencari cahaya ketika tirai menutup wajahmu yang teduh itu 2014

Pada Jalan Yang Dijatuhi Daun - Daun

mungkin kamera itu tak menangkap semua cahaya yang menari di sana padahal hari itu begitu cerah seperti hari yang sewajarnya 2014

Puisi Pisau

aku telah membeli belati itu sebilah puisi berkilat kelabu bergagang kayu gaharu siapa yang akan kubunuh, puisiku? akankah mampu kucabut namamu dan kucabik baitmu? akulah sang pisau itu kuhunus pelan puisiku menuju liang lukamu 2014

Pertarungan

demi geliat naga dalam tubuhku aku akan mencari serpih berita buruk untuk mencairkan kulitku atau tinggalkan semua mata yang melihat jahitan puisi yang menghitam di kerahku denguskan api dari mulutku, jiwa resah dalam hening pagi lewati mendung ini yang 'kan menghujan besi 2014

Doa

saat langit tidur aku terbangun berjalan di samping palka angin laut bertiup pelan mengapa dalam malam tahajud beribu bintang menangis dan daundaun gugur layu memutih aku membuka sepatu aku berenang bersama bulan tenggelam kulihat kapalku tertidur nyenyak napasnya bergetar sampai badanku bergetar kutinggalkan dulu kapalku yang manis aku akan menyelam dan bertemu hantu-hantu palung biarkan bulan berenang bersamaku tangisan bintang 'kan menghujani kapalku biarkan aku sujud kepadaMu, saat mulutku terkunci air, atau saat bibirku mengeriput jangan tarik aku lagi ke permukaan laut jangan bangunkan aku dari dalam, aku akan lebih mudah mendengar bisikMu 2014

Clarity

Give me the clarity the drop of unnamed sanity From the darkest jail I see wings flutter above me beneath your body I trapped by the game I made messy now where is the elixir of vanity? I'd drink in order to be freed Of anything I need in necessity It is you which my soul bleed 2014

Ego

Image
Ego, 8" x 11" acrylic on paper by Rini Angeliantari Seperti peti dan seribu macam kunci di balik pintu yang maha tertutup. Seperti api dan besi di ujung lidah yang maha meletup. 2013

Dimana Engkau, Aspahani?

Image
Tahun-tahun perkembangan saya dalam menulis puisi tentu tak lepas dari pengaruh penyair lain. Salah satu contohnya adalah Hasan Aspahani -- penyair dari Sei Raden yang pertama saya kenal pada tahun 2011. Kalau saya jujur, saya bisa mengaku kalau beliau mempunyai pembendaharaan kata yang rapi. Rima yang beliau susun juga tak terduga -- kita seperti dibawa membaca novel yang penuh titik balik, penuh intrik dan emosi. Contohnya ada disini: Kwatrin Gawang Sebenarnya   Dia pun terbaring sendiri di lingkar tengah lapangan, Sebuah bola bulat telanjang tergolek di sampingnya. Tak ada lagi gawang sendiri dan gawang lawan, Hanya dengus nafasnya dan detak jantung bola. “Inilah saatnya menyatukan cinta, sebulat-bulatnya,” katanya kepada bola. Dibukanya sepatu dan kaus kaki. “Inilah saatnya kita memahami vonis hati: adu penalti,” katanya pada diri sendiri. Lalu erat didekapnya tubuh bola.  Telah dilepaskannya nama dan nomor di punggungnya. Baru ia sadari, “O, betapa lembut rambut

Aransemen

Kadang gua takjub banget sama pemusik yang bisa aransemen lagu yang dia suka. Tiap kita dengerin akan ngasih feel yang beda, suasana yang beda, arti yang berbeda. Bisa ngga sih kita aransemen memori yang kita suka? Tiap kita kenang akan ngasih  feel  yang beda, suasana yang beda, arti yang berbeda. ... 2014