Aku ingin bertanya kepadamu, apakah kita memang berada di luar bingkai kejadian? Apakah sebegitu jauh hati kita, untuk tertaut pada tanah yang ditumbuhi perdu? Karena kami ingin merasa luka yang dirasai olehmu, Palestina. Karena kami tahu bukan perihal sederhana untuk jatuh dan kembali bangun dan kembali pergi dari rumah yang kau bangun sendiri Oh, bunga-bunga rumput yang mekar di tanah yang tandus Sampaikan lagu kami untuk kubah yang megah di atas tebing! Untuk rubah yang berlari di padang-padang hening Pada suara-suara, air mata yang telah lama kering ____ Aku harap doa bukanlah hal terakhir yang dapat kami beri. 2017
Mungkin salah satu fitur tahun 2016 yang paling menakjubkan adalah bagaimana cara beliau membuat orang berpikir dua kali dalam segala sesuatu, atau tidak sama sekali. Sekarang adalah zaman di mana informasi berseliweran di mana saja, kapan saja, sampai kita semua kewalahan. Tidak salah juga kamus setulen Oxford menyatakan Word of the Year 2016 adalah "post-truth", yakni suatu keadaan di mana fakta objektif mempunyai peran lebih sedikit dalam membentuk opini publik dibandingkan 'kepercayaan' personal. Hal ini sangat memprihatinkan karena keadaan post-truth ini dapat berujung pada fitnah, kebohongan, dan ketidakbenaran. Sehingga, salah satu cara kita untuk melarikan diri dari semua kungkungan abstraksi ini adalah dengan menutup mata, menutup telinga, dan menundukkan kepala -- tidak acuh dengan segala hal yang terjadi. Ignorance is a bliss. Bahwa ketidaktahuan ini adalah sebuah berkah. Kalau kita tidak tahu tentang suatu hal, kita tidak perlu mengkhawatirkannya...
ini adalah dua belas jalan untuk menemukan namamu katamu di mana kau mencarinya? aku tak butuh peta peta tak memberi tujuan hanya arah-arah semu lalu, mengapa kau ragu? aku pernah mencoba menerbangkan pesawat kertas yang berisi doa-doa untuk diri kita yang dulu diri kita yang sekarang diri kita di masa depan aku tak pernah mendapat surat balasan kecuali terpaan angin dan gigil di bukit sakit entah, mungkin kau lelah sedikit aku memberimu teh hangat, kau tahu? lalu, kau beranjak dari tempatmu bersimpuh aku menangis sambil mencoba menulis surat dalam bahasa yang tak kumengerti "Pernahkah kau kehilangan dirimu? Hingga kau hanya berdoa kau ingin ditemukan" bisikmu pada malam, sebelum berpamitan mengambil pagi yang hilang, jawabmu lalu aku terus mencarimu hingga lewat waktu aku mencari namamu di kolom koran, tapal batas, gudang gulma, puisi cinta, dan bait langit akhirnya, aku sadar aku mencarimu di tempat ...
Comments
Post a Comment