Kotak Suara

Dalam menit yang menggantung, cahaya membiru dan luka.
Kita masih terlalu berpantun pada seloka yang bercahaya,
atau ketika bunyi dering masih menyisakan lubang berbahaya,
dan huruf-huruf tak bermaknalah yang saling kita tukar.

Di bunyi yang kesekian ratus ribu kita hafalkan, napas yang
kita lepas, serta belukar pertanyaan yang kita cabut akarnya,
jurang bernama suara itu menggema sekali lagi, menggempakan
membran timpani di suatu lanskap di jingga itu. Karena tiap desah,
desau yang kita adukan ke gagang telepon adalah awan kosong
yang segera pecah ketika tertiup bisikan.

Mungkin kau akan berkata, "Ini akan kita selesaikan."
Tapi tiap keengganan berkali lipat logaritma tiap detiknya, dan betapa
degup lemah, atau getar kabel yang menandakan sepersekian detik
harapan, adalah satu kristal air mata yang dulu hendak kita bekukan.

Dan dalam gelas-gelas tinggi berdebu itu,
suara kita terpantul-pantul di pinggirnya.

Menunggu untuk dijinakkan.

2013

Comments

Popular posts from this blog

Bunga-bunga rumput yang mekar pada tanah tandus

Hakikat Pendidikan yang Sebenarnya: Sebuah Opini

Surat-Surat yang Kularung