Hitam

15 April 2013, Curug

Setelah pendakian terakhir ini, aku berjanji akan melihat mata langit.

***

Tapi kita menunduk dengan mata tertutup.
Licin adalah lidah yang keluar dari mulut-mulut kami --
di langit-langit terowongan petir, gerimis berdansa sambil bernyanyi.

Mata kami memutih bagai susu termurni.

Dan bulan-bulan berdesis memanggil,
memanggul badan yang sakit.

Sungguh jurang adalah tempat yang ingin kami temui.
--dalam mimpi-mimpi

Mimpi yang tersumbat di ujung mata yang awas, tangan
yang mencengkeram pisau-pisau.

Pisau kuning berbekas darah sapi, siap menikam jantung sanca putih.

Ular-ular yang melilit kaki kami,
biarkan kami sekali mendaki.


2013

Comments

Popular posts from this blog

Bunga-bunga rumput yang mekar pada tanah tandus

Hakikat Pendidikan yang Sebenarnya: Sebuah Opini

Surat-Surat yang Kularung