Posts

Showing posts from 2018

Persembahan

ini adalah dua belas jalan untuk menemukan namamu katamu di mana kau mencarinya? aku tak butuh peta peta tak memberi tujuan hanya arah-arah semu lalu, mengapa kau ragu? aku pernah mencoba menerbangkan pesawat kertas yang berisi doa-doa untuk diri kita yang dulu diri kita yang sekarang diri kita di masa depan aku tak pernah mendapat surat balasan kecuali terpaan angin dan gigil di bukit sakit entah, mungkin kau lelah sedikit aku memberimu teh hangat, kau tahu? lalu, kau beranjak dari tempatmu bersimpuh aku menangis sambil mencoba menulis surat dalam bahasa yang tak kumengerti "Pernahkah kau kehilangan dirimu? Hingga kau hanya berdoa kau ingin ditemukan" bisikmu pada malam, sebelum berpamitan mengambil pagi yang hilang, jawabmu lalu aku terus mencarimu hingga lewat waktu aku mencari namamu di kolom koran, tapal batas, gudang gulma, puisi cinta, dan bait langit akhirnya, aku sadar aku mencarimu di tempat

Hitam yang Membuka Kala Hujan

sejak lahir dari cangkang tanah, manusia mencoba terus menulis di atas riak ombak satu napas bersamaan, walau dalam langkah tak terarah seperti buih yang tumpang tindih di lautan gunung kapur dibongkar dari intinya lalu segalanya dibakar api unggun merimbun asap seperti pohon beringin ketika kubah langit tertutup payung hitam yang membuka kala hujan manusia bertanya: "Di mana pelangi lukisan Sang Agung?" titik warna berpadu puisi-puisi adalah hujan yang membeku tepi benua saling menggenggam tangan menahan getaran tangis ku tak tahu 2018

Literary Exercise: Gaya Puisi Angkatan '45

Jauh Kapal Itu Pergi Bebersih duka puisi-puisi, kau basuhi wajah luka yang kutulisi Aku, mengambil cermin dan memasungnya untuk berdiri gelap kabur kabut berlari-lari, lalu bayanganku terus mencari! pergilah kembali, Tari, hingga perih tak terperi. kapal feri itu pergi dari tepi laut sendiri tanganku masih menggapai-gapai angin entah apa yang pernah kuberi dingin malamkah saat sepi kau simpan dalam sanubari? 2018

berjalan-jalan di sebuah kota kecil di pesisir

Image
:midori ingatkah waktu pukul dua siang itu rumah di tiga blok sebelah utara terbakar istana asap membubung tinggi jauh kala gitar mengalun kadang kita bertanya kepada musim yang bolak-balik mengantar pesan apakah benar, apakah salah semata-mata karena aku ingin mencari tahu kesahihan bisikan itu lalu palung-palung itu muncul menenggelamkan kapal di seberang teluk mengusik sayap pelikan yang curam menghunus wajah laut beberapa langkah dari waktu itu kurasa ada benarnya, walau aku ragu di bawah hujan tembaga, lagu itu digubah menjadi pisau yang tergantung di daun pintu hingga aku tepekur, terus menulis lagi saat gaduh ombak membentur pesisir-pesisir hening pernahkah kau sadari detik yang berharga itu aku hempaskan ke jurang yang tak berujung? kening yang tertidur dalam bisik-bisik risau kenang suaramu yang mengantar awan pada titik di atas laut teruntuk daun yang jatuh oleh angin kutitipkan embun yang muncul dari relung hening 2018

memo

mungkin blog ini akan menjadi platform untuk racauan yang belum terorganisasi dengan baik. entah puisi, coretan, atau buah pikiran yang harus ditulis agar bisa dikunjungi lain waktu. aku sedang banyak berpikir tentang tujuan hidup -- selain untuk beribadah tentunya. karena hal yang satu ini memang sangat terbuka untuk interpretasi, maka saya sering menimbang-nimbang tiap kali menemukan inspirasi baru. tapi satu hal yang pasti, tujuan ini kerap kali berkembang ke arah dalam seiring dengan waktu. dalam artian, tujuan ini menjadi semakin detil, bukan menjadi semakin umum. dalam tiap perenungan yang baru, aku mengetahui esensi tersembunyi dari tujuan hidupku yang lama, dan ternyata esensi itu terbawa dalam tujuan baru. saat aku pertama-tama mulai merenungi hal ini, aku mempunyai tujuan untuk menang hadiah nobel. entah apapun itu. aku ingin menjadi inspirasi, bahwa indonesia dan muslim dapat berjaya di bidang sains. aku ingin melahirkan banyak pemikir yang tak hanya berpikir untuk dir

Menemukan doa di antara pohon-pohon

Image
katamu: angin gunung sudah tiba di lembah kataku: fajar akan datang, bersabarlah Dingin bercerita kepada kami dalam kosakata yang terbata-bata, tentang rencananya untuk bertemu rerumputan, kabut, dan ragu Tapi apa daya, karena abu bekas api yang meredup fajar tadi telah terbang mengisi lengang hutan, hilang dalam nyenyat yang menyayat sayatan luka dalam lagu Aku pun bergegas untuk mencari doa-doa yang terpaut di pohon pinus. pada dahan-dahan, pucuk dedaunan mungkin lebih tinggi lagi! mencari-cari sumber suara gemericik lain pesawat kertas, perahu mainan, dan manik-manik yang terhampar di lembah rendah hingga suatu pagi yang lain aku temukan doa terselip di antara halaman buku harianmu mengucap namaku namaku namaku dengan suara lemah yang bergema di palung bisu hingga satu halaman yang entah hilang ke mana, dan aku masih mencarinya "Mungkin" tersangkut di dahan pohon yang tinggikah? aku berharap doa itu memang dapat terbang seperti gu

Ithaka

Image
As you set out for Ithaka,  hope your road is a long one,  full of adventure, full of discovery. terjemahan puisi C.P. Cavafy Ketika kau berangkat ke Ithaka berharaplah perjalananmu akan panjang, penuh petualangan, penuh penemuan. Laistrygonians, cyclops, Poseidon yang geram -- jangan takut pada mereka. kau tak akan menemuinya di jalan selama kau tetap berharap, selama kegembiraan bergejolak dalam tubuh dan jiwa. Laistrygonians, cyclops, Poseidon yang liar -- kau tak akan menemuinya, kecuali kalau kau membawanya dalam dadamu, kecuali kalau kau terus membayangkan mereka di depanmu. Berharaplah jalan itu jalan yang panjang, di mana akan banyak pagi di musim panas, ketika dengan senang hati, dengan ceria, kau memasuki suatu pelabuhan seakan seperti pertama kali. Mungkin kau akan berhenti sejenak di pasar Phoenician untuk membeli cinderamata, kalung mutiara atau koral, batu ambar, atau kayu hitam berbagai jenis parfum yang menggoda -- membelin