Rumah

Sepucuk-sepucuk, aku menggugurkan surat di pohon-pohon. Jendela rumah kupasang terbuka -- dan kunyalakan perapian. Pohon waktu akan segera berkecambah. Tinggal kutunggu sinyal biar kuberi air yang deras. Aku meniup perapianku menyala, menunggu seseorang mencuri lekas,  berperam menghangatkan napas yang lepas.

Tapi, arang akan luruh menjelma anai-anai. Cepatlah curi dan bawa keluar. Curi tiap api yang rinyai bagai hujan yang berdesar mekar.

Pandangi api yang sempat kunyalakan sesaat, jangan berpaling. Jangan pergi keluar.

2013

Comments

Popular posts from this blog

Bunga-bunga rumput yang mekar pada tanah tandus

Hakikat Pendidikan yang Sebenarnya: Sebuah Opini

Surat-Surat yang Kularung