Transit Yang Sejenak Itu

pada transit yang sejenak itu, kau menggumam lagu yang sama
   
sejak kita berangkat dari keberangkatan itu, kau berkata
betapa pucatnya awan dari langitku.

kau sedang menulis sebuah prosa yang panjang tentang kehilangan

padahal kau begitu riang
     di atas ketinggian 2000 kaki, berkhayal tentang
          padang sembahyang di atas lautan
putih itu; 
   tapi kau tidak memandangku lagi
matamu tertutup dengan khidmat,

ketika kau menjawab,
Ah, tidak. Kau tidak boleh melihat prosa ini
dan kau mulai berdansa pelan di udara

menit yang menelan detik-detik itu hilang
di baris 18D, kau menatap angka yang berganti rupa

Hingga pada pintu terakhir gerbang kedatangan
kita tak lagi keluar dari satu terminal yang sama


2013

Comments

Popular posts from this blog

Bunga-bunga rumput yang mekar pada tanah tandus

Hakikat Pendidikan yang Sebenarnya: Sebuah Opini

Surat-Surat yang Kularung