Kereta Tidur



Kehidupan bagiku adalah kereta api dari stasiun Kehampaan, menuju stasiun Kehampaan. Tetapi kereta tersebut hanya berjalan satu arah.

Kita adalah penumpang yang naik tanpa barang bawaan, dan turun pun tak membawa apa-apa.

Bukan kita yang menentukan kursi tempat duduk. Di sebelah jendela atau pinggir lorong, itu sudah ditentukan dari awal. Tapi kita bisa berpindah. Pasti.

Ada yang turun terlebih dahulu, ada yang baru turun setelah kita sampai. Yang jelas ada dua kemungkinan utama -- apakah kau turun dengan keyakinan, atau kau takut meninggalkan kereta dengan telanjang?

Mungkin ada yang bertemu dengan teman berbicara yang baik sepanjang perjalanan, hingga perpisahan adalah berat yang harus dipikul dengan lelah. Ada yang terus mencari gerbong lokomotif pada rangkaian yang tak terhingga. Tapi, ada juga yang selalu waspada bersiap untuk turun pada stasiun yang datang tanpa pengumuman.

Yang penting, entah kereta yang kita naiki sering berhenti tak jelas, AC dan lampu yang sering mati membuat gelisah, adalah suatu pilihan kita untuk mencoba berpindah ke gerbong selanjutnya, sambil mencari kursi dengan pertanyaan,

"Apakah boleh duduk di sebelah Anda?"

Dan percakapan hangat pun mengalir, sehingga perjalanan sepanjang masa itu tak terasa adanya.

2017

Comments

Popular posts from this blog

Bunga-bunga rumput yang mekar pada tanah tandus

Hakikat Pendidikan yang Sebenarnya: Sebuah Opini

Surat-Surat yang Kularung