Posts

Showing posts from June, 2016

Transit

Image
dalam ruang kosong bandara ini, pesawat-pesawat pamit pergi. Salah satu pesawat tersebut menghampirimu sambil membawa goresan awan di kaca -- warna pelangi yang muncul ketika matamu tersapu cahaya. seperti bisik-bisik kecil dalam bahana pengumuman sederhana pagi itu, dan troli-troli yang bergerak dalam barisan sunyi menepi. waktu seperti tertinggal oleh langkah kecil kita, menunggu seperti anak kecil yang terpisah dari rombongan. dengarlah puisimu yang baru kau buat, lagu kehilangan di atas 2000 kaki. kau bawa langit turun bersamamu, beserta petak-petak kumulus yang kau rencanakan dalam kepalamu. rekam jejak keheningan yang kudengar dalam earphone sejenak kuhentikan untuk mendengar bisikmu yang merasa bosan menunggu dalam ruang transit ini. di sanalah hatimu akan lepas landas, dari anjungan sepi dari mana bisikmu tinggal? karena untuk kali ini, kita tak akan keluar dari pintu yang sama lagi 2016

Surat-Surat yang Kularung

Image
Halo, Far. Apa kabar? Semoga kau baik-baik saja di sana. Kudengar kau sudah menyelesaikan tahun kedua-mu di ITB. Aku mau bertanya tentang kabarmu, dan tentang mimpi-mimpimu dulu. Apakah sudah bertemu? Lihat, peganglah benar-benar, benang yang akan kau tuju. Di tanganmu, sudah terlalu banyak benang yang semuanya terurai tak tentu arah. Apa lagi dalihmu kali ini? Mungkin, di malam sebelum kau kembali ke rumah, sebaiknya kau coba kembali telaah mana benang yang akan kau gulung, simpan rapi, dan tinggalkan saat ini. Ada beberapa yang sudah kusut lho. Ada yang sudah putus dan tak kau sadari. Ada pula yang raib entah ke mana. Hai, kudengar kau sekarang banyak berbicara tentang kaderisasi. Dan segala idealismemu yang masih seluas Kecamatan Coblong itu kau anggap bisa menjadi teladan bagi generasi penerus organisasi yang kau pegang kali ini. Apa yang kau tahu tentang itu? Mengapa kau genggam beban moral, tanggung jawab yang begitu besar, tentang formalitas nilai-nilai, sifat mul

Di Pekarangan Masjid

kotak-kotak jalan setapak memanggilku ke haribaan Adzan-Mu, seperti suara yang berdesir di tepi pipi pintu-pintu terbuka jauh mengajak matahari menutup jubah hitam kelabu, bisik rendah fajar itu tetapi, daun-daunku yang kering masih tergeletak di pekarangan masjid ini menunggu dirinya tercerabut oleh angin dingin karena batang tubuh ini masih menghamba pada tanah-tanah tanpa tuan, melupa pada langit yang berkilau terang menua sampai saat waktu kisah buku ini senja, mendengar doa untukku dilantun daun-daun jingga. aku masih berada di sana, Tuhan. di depan pintuMu aku mengetuk tanpa bersuara 2016