Radio

Akhir-akhir ini, aku meninggalkan radio menyala,
memilah-milah suara malam. Berharap ada yang
mendengar sebait saja.

Ada malam yang sejernih kristal -- saat kau
berusaha mendengar denyut rabu dan napas
di seberang frekuensi.

Di kulit-kulit angin
yang mengelupas, di dalam jurang gelombang.

Kawan-kawan Bussorah akan mendengar tawamu
renyah, menemani sepotong apple turnover yang
kering. Memaknai perjalanan singgah di suatu
jalan yang asing sekali.

Bagimu hal itu merupakan sebuah kebetulan magis.

Percayalah, sebuah pertemuan akan ditutup dengan
melodi minor suatu hari. Ketika pengamen dari Batam
meyudahi lagunya dengan kesempatan pada melodi kruis.

Bulan di tenggara perlahan suntuk, mendengar
penyair gila bersajak di depan cermin.

Aku tertawa saja, karena makananmu yang dipesan
belumlah sampai. Katamu, maukah menemani?

Apakah kau rela menunggu sampai pagi?
Sampai statis frekuensi ini?


2016

Comments

Popular posts from this blog

Bunga-bunga rumput yang mekar pada tanah tandus

Hakikat Pendidikan yang Sebenarnya: Sebuah Opini

Surat-Surat yang Kularung