Hati Hitam

Dari kejauhan, titik-titik kecil itu terbang.
Tanyamu, mungkinkah cahaya
melesat sebegitu cepatnya?

 ***

Karena kulihat cermin dalam jiwa itu
dialog pagi itu berujung pada:
kopi yang pahit
sepotong roti yang kaku

Aku melepas sandaran kepalamu dari kakiku.
menatap nanar langit yang muram.
dan jerit ayam berbahasa
dalam kalimat rendah di kandangnya.

Matahari patah saat kita saling enggan menatap
dalam jam-jam yang berdetak, waktu yang rindu
di pesisir yang ragu akan kedatangan kita.

Wahana yang tak pernah dinaiki, kincir yang bergulir lemah
hanya menjadi pertanda bahwa kalimat itu
tak akan pernah bisa dipercaya.

Mungkin ada saatnya ketika buram kaca akan bertahan.
Ketika bunyi kereta yang bergerak menjadi pertanda
bahwa hari itu akan segera usai.

***

Dalam keramaian, sejenak waktu berjalan lambat.
Seakan memberi kesempatan.



1 November 2015

Comments

Popular posts from this blog

Bunga-bunga rumput yang mekar pada tanah tandus

Hakikat Pendidikan yang Sebenarnya: Sebuah Opini

Surat-Surat yang Kularung